Diberdayakan oleh Blogger.

About

please enjoy with my world :)
RSS

Tepuk Tangan "BAGONG"

hohoho
oke oke oke
ada cerita lagi neh,
masih tentang masa masa sma aku dan kawan kawan seperjuanganku.

jadi gini,
waktu itu pas lagi musim rubik di kelaske,yah kayak kelereng gitu musim musiman,
jadi semua orang pada sibuk main rubik,belajar rubik,makan rubik dan nulis rubik,hehe
tapi disinilah letak masalah nya nanti,

ada satu temen ku,namanya bagong,na dia pas masih belajar main rubik juga,yah belum lincah lah mainnya

pas itu waktunya bimbel bahasa wong londo (inggris,red),maklum udah kelas 3,deket ujian,
gurunya bu mursinah,

ibunya masuk,kami kalang kabut cari tempat duduk
aku pas dapet tempat dibelakangnya bagong,semeja sama napi

ibunya ngomong ngomong apa didepan gitu,kami juga ikut ngomel ngomel apa gitu di belakang,hehe

dan akhirnya ibunya bilang gini
"udah,kalo kalian nda mau belajar ,Ibu keluar aja" kata ibunya dengan penuh emosi dan langsung disambut tepuk tangan yang keras banget dari Bagong,
aku melongo ngeliatin bagong,semua anak anak juga melongo,nah bagong juga melongo,ibu nya gondok digituin,hehe

"kamu keluar aja" katanya ibunya
"ko keluar bu,kan belum belajar" kata bagong serasa ga bersalah
dalam hati ku anak ini oon ato gimana toh,

dan dengan berat badannya bagong keluar,
abis kelar bimbelnya,waktunya introgasi tu manusia
sekalinya usut diusut sampe kusut,hehe
ternyata yang ditepuk tanganin si bagong bukan bu mursinah yang ga mau ngajar,tapi si nopal (pas waktu itu sebangku sama bagong)
na bagong itu lagi negliatin nopal main rubik,pas rubiknya jadi,bagong tepuk tangan tanpa liat sikonnya pas juga ibunya bilang ga mau ngajar,hehe

yah,tapi apalah itu,itulah kami....sekarang udah pada kerja semua,ada yang kuliah juga,kalo inget masa masa ini,tinggal nyengir nyengir aja,ketawa ketawa kecil.
lain kali aku bakal posting lagi cerit cerita masa sma.


INI DIA SI BAGONG
:D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aku Dan Violet Ku

Hai hai semua...
mau posting buat hari ini,
hmm....tadi malam mikirin "violet",mungkin aku bisa berbagi cerita tentang violet lah...
oke oke,pasti banyak yang ga tau violet itu apa (violet yang ku maksud),ni bukan violet warna loh..
jadi gini,
dalam hidup pasti selalu ada maslaah,hambatan yang kadang menyengkelkan ato malah bikin kita uring uringankan,bener toh??
nah disinilah peran dari violet yang ku maksud
jadi intinya violet itu adalah segala sesuatu yang bisa bikin aku tenang,nyaman pokoknya bikin PW(posisi wuena,red) lah,
aku punya beberapa violet,
yang paling "expert" itu Hujan,
hujan selalu tak pernah gagal menenangkan ku (nanti aku postingkan beberapa syair Hujan ku)
jadi kalo misalnya lagi banyak masalah ato banyak pikiran lah,
maen ujan aj itu udah cukup lah,(kayak anak TK,hehe)
entah itu tidur ditengah hujan ato maen basket ujan ujan
pokoknya aku cinta hujan (halah?)

trus ada lagi violet ku berupa "langit"
liat langit dari berbagai tempat yang kusuka (biasanya tidur di tengah lapangan hijau,kayak lapangan merdeka di melawai itu nah)
aku bisa tidur nyaman bangaet ini.

ada juga berupa musik klasik,musik musik chopin sama mozart,itu juga bisa bikin aku tenang, toh juga menurut penelitian musik klasik kan bagus juga buat perkembangan otak dan kemampuan otak kanan,so jadi kalo istri kalian hamil,setel tu musik klasik trus deketin ke perutnya,bagus buat calon anak tuh
tapi bukan berati kalo uda gede (kayak gw) ga kena efek musik klasik ,tetep aja efeknya bagus tapi kan masa pertumbuhan otak itu 4 minggu masa kehamilan,hehe

terakhir yang masuk dalam nominasi violet terbaik ku adalah
Basket
aku cinta permainan ini
hampir tiap sore maen,yah biar ga jago jago amat,cuma it's okay lah

untuk kalian yang mungkin bingung ngadepin masalah kalian,apalagi kita kita yang remaja gini,coba deh kalian liat masalah itu dari segi yang nda pernah kalian liat,anggap aja masalah itu cuma game PS,jalani dengan senang hati
kalo mungkin kalian sempat,coba temukan "violet-violet" kalian sendiri,
nanti lain kali aku posting kan violet ku yang lain

dan
coba mulai hari mu dengan senyum,senyum kepada siapa saja
karena,sebuah senyum dapat mengubah dunia ku,dunia mu,dunia kita semua :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ketika Kami Disuruh Pulang

ada sebuah cerita yang biasa aja sih sebenarnya,tapi apa salahnya kalo ku ceritaiin,

jadi gini,
waktu itu pas aku masih sma (tepatnya di smk 1 balikpapan)
nah udah kebiasaan satu kelas itu kalo dateng ke sekolah bareng bareng,jadi kami kumpul dulu dirumah deky,rumahnya ga jauh jauh dari sekolah,paling cuma 200 meteran baju,hehe
pagi itu aku datengnya rada lambat dari biasa,tapi beelum telat,kan murid teladanan (hehe)
pas ngumpul dirumah deky,,eh masih sepi,dekynya aja baru buat sarapan,
"aku lambat aja belum ada orang,kalo datang normal kayak kuburan ne rumah"
trus karna kami semua "kompak",saking kompaknya yah gini udah jadinya

setengah 8,baru beberapa anak kelas yang dateng,oke kita tunggu yang lain,
mungkin gara gara ujan tadi malem trus juga ne cuaca rada mendung juga

jam 8 kurang,,hampir semua personil sudah dateng,
oke,kami siap sekolah tanpa liat udah jam berapa ini,

ngobrol dijalan,tereak tereak,dari jauh satpam sekolah keliatan

sampe depan gerbang,rame guru piket,dengan tanpa dosa masih ngobrol dan...

"mau kemana leh?" kata ibu guru piket,sebut aja bunga(nama dismarkan,hehe)
"mau sekolah bu," jawab ketua kelasku
"liat jam  berapa ini" kata ibu itu ngomel

aku liat hape,

"baru jam 8 kurang bu" dengan muka tanpa dosa
hehe

dateng Pa **** (disamarkan lagi,kena sensor ne),
"ini anak anak nda tau aturan,kalian pikir sekolah bapak mu dateng seenaknya,tau kan bel jam berapa?" kata bapak itu ngomel

"na,kami nda tau bel itu jam berapa,memang masukan jam berapa toh pak?"
jawab kami.,

bapak dan ibu geram,ngamuk,mau banting meja,mau bakar sekolah samape mau mutilasi kami kayaknya (mukanya udah berubah mirip sumanto)hehe

"udah,nda usah sekolah aja sekalian kalian,pulaang aja bantuin mama mu masak" kata bapak itu tereak tereak,

dan salim bilang "YAUDA PAK,KAMI PULANG AJA,NDA DISURUH PULANG AJA KITA PULANG,APALAGI DISURUH,DENGAN SENANG HATI KAMI PULANG"
trus balik kerumah deky
yang kuliat itu guru guru sempet bengong,trus mukanya jadi kayak nahan pup,ahha

itu akibatnya

makanya jangan nyurh kami pulang.

INILAH KAMI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

AKU MENANGIS 6 KALI UNTUK ADIKKU

ini sebuah kisah yang ku dapat setelah browsing browsing lama... 
smoga bermanfaat.. :) 


Aku Menangis Untuk Adikku 6 Kali 



Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. 

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. 
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, 
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" 
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. 

Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, 
"Ayah, aku yang melakukannya!" 
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. 

Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, 
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi." 
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. 

Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. 

Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." 

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, 
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." 

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: 
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata ber- cucuran sampai suaraku hilang. 

Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" 
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. 

Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. .."Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. 

Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23. Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? 
Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. 
"Tidak, tidak sakit.Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. 

Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. 

Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?" 
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. 
"Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. 
Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" 

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" 
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. 

Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku." 

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. 

Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.Kata- kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai. 

Sumber: Diterjemahkan dari "I cried for my brother six times" 
(Dari email seorang teman ; Pic taken from flickr)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS